Karir: Syurga dan Neraka?

 

Bekerja bukan sekedar tentang “Gaji tinggi atau rendah, nyaman atau tidak” tapi tentang “Syurga atau Neraka”

Sadarkah kita bahwa 60% – 70% waktu kita dalam sehari semalam dihabiskan untuk sebuah aktifitas yang kita sebut sebagai bekerja? Pernahkah Anda melakukan evaluasi sederhana bahwa sebanyak itulah kita menghabiskan waktu untuk bekerja, bahkan sudah sampai rumah pun kita masih disibukkan dengan pekerjaan, mulai dari membawa laporan ke rumah, atau sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan atasan atau rekan kerja di group-group kantor? Bahkan terkadang, dalam perjalanan pulang, yang harusnya menjadi waktu untuk switching dari nuansa kantor menjadi nuansa keluarga, harus disibukkan dengan menjawab pertanyaan email atau pesan singkat tentang pekerjaan. Pemakluman pun menjadi hal biasa saat kita melihat di sekeliling kita bahwa tekanan pekerjaan begitu dahsyatnya.

Apa yang saya sebutkan di atas adalah mungkin masih dalam batas-batas prinsip dalam usaha kita menjalankan aktifititas sebagai pencari nafkah, yang meskipun jika kondisi tersebut terus-menerus kita jalani, akan ada ketidakseimbangan pola hidup yang akan berdampak kepada kebahagiaan. Pernahkah Anda mendengar bahwa bangunan kehidupan ini adalah pola keseimbangan, mulai dari keseimbangan bumi ini berputar pada porosnya, keseimbangan ekosistem (ada yang membangun dan ada yang merusak), sampai pada keseimbangan aktifitas yang kita lakukan.

Permasalahan muncul ketika menjalankan aktivitas tersebut justru menggiring kita pada kondisi yang semakin menjauhkan kita pada tujuan hidup. Kelihatannya berlebihan, or lebay, namun, itulah kenyataan yang terjadi. Padahal apa yang kita lakukan dalam aktifitas sehari-hari, hanyalah sebagai sarana dalam rangka mencapai tujuan hidup kita yang sebenarnya.

Dalam kelas training motivasi sering saya tanyakan, apa cita-cita Anda waktu kecil? Dan apa cita-cita Anda saat ini? Banyak variasi jawaban mulai dari menjadi CEO, menjadi pengusaha, dan lain sebagainya. Lalu, dengan jawaban tersebut, terbentuk pola seolah hidup ini akan berhenti pada saat kita menjadi CEO, atau pengusaha? Tentu tidak, akan ada masa kehidupan lainnya setelah itu. Kita akan dikembalikan kepada Sang Maha Pencipta. Oleh karenanya, kita meyakini bahwa kesanalah kita akan dikembalikan, dan bahwasannya, itulah kehidupan yang sesungguhnya, yang tidak akan pernah berakhir. Dan pada akhirnya di kehidupan tersebut cuma ada dua tempat kembali yaitu syurga dan neraka.

Sudah pasti, kita semua faham apa itu syurga dan apa itu neraka. Semua kehidupan akan dikembalikan ke dua tempat tersebut dengan kriteria yang sudah digariskan. Syurga adalah bagi mereka pelaku kebaikan, dan neraka adalah bagi mereka pelaku kejahatan. Kejahatan disini bukan hanya yang dimaksudkan tindakan melanggar hukum pidana, melainkan semua tindakan yang melanggar ketentuan Tuhan.

Lalu, apa kaitannya dengan karir dan aktifitas kerja yang kita lakukan? Sudah pasti sangat erat kaitannya. Bahwa apa yang kita lakukan dalam aktivitas pekerjaan tidak lepas dari ketentuan-ketentuan yang sudah digariskan. Semua aktivitas yang dilakukan di dunia ini, tidak lepas dari aturan-aturan. Semua aktivitas memiliki aturan yang harus ditaati untuk kebaikan dan keseimbangan kehidupan ini yang pada akhirnya akan membawa kepada dua tempat kembali tadi, yaitu syurga dan neraka sebagai pelabuhan akhir. Tentu kita masih ingat, bahwa bekerja hanyalah sarana kita untuk menuju kebahagiaan di syurga.

Bagaimana caranya agar karir dan aktivitas yang kita lakukan menghantarkan kita kepada kebahagiaan di syurga kelak (Sebagai tempat terakhir kehidupan kita)? Secara universal, dilihat dari keyakinan manapun, setidaknya ada 3 hal yang harus diperhatikan ketika ingin menjadikan karir sebagai sarana penghantar kebahagiaan baik di kehidupan dunia maupun di kehidupan selanjutnya (sebagai tujuan hidup).

#Melakukan yang benar

Melakukan yang benar berarti bekerja dengan memenuhi kewajiban-kewajiban yang sudah disepakati antara karyawan dan perusahaan. Bekerja sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan. Harus difahami juga bahwa, kesepakatan antara perusahaan dengan karyawan dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja tidak dikatakan benar jika kesepakatan tersebut melanggar hukum atau norma-norma lainnya. Oleh karenanya, perusahaan dan karyawan tidak dapat membuat kesepakatan dalam rangka untuk melanggar hukum yang berlaku. Ketika kesepakan tersebut melanggar hukum, maka tidak dapat dikatakan bahwa karyawan tersebut melakukan yang benar, meski itu merupakan kesepakatan yang sudah bibuat dan disetujui bersama. Misalnya karyawan dengan pengusaha sepakat untuk melakukan perjanjian kerja di pada perusahaan yang memproduksi barang-barang ilegal.

Oleh karenanya, dalam kaitannya sebagai pekerja di suatu perusahaan atau hendak masuk ke sebuah perusahaan, tentunya harus memperhatikan bahwa apakah praktik bisnis yang dijalankan sudah sesuai hukum, norma, dan nilai-nilai, termasuk juga di dalamnya adalah norma agama keyakinan kita.

#Menghasilkan yang benar

Kedua, untuk menjadikan pekerjaan sebagai jalan mencapai tujuan hidup yang mulia, maka ia harus menghasilkan hasil yang benar. Menghasilkan yang benar artinya, produk yang dibuat baik berupa barang, jasa, informasi, semuanya merupakan hasil yang dapat membawa kebaikan. Misalnya, menghasilkan produk yang membahayakan bagi kehidupan masyarakat seperti minuman keras, narkoba, barang konsumsi yang mengandung bahan berbahaya, tentunya sudah terkategori menghasilkan sesuatu yang tidak benar. Begitu pun dapat terjadi pada perusahaan jasa, misalnya media massa yang menghasilkan informasi yang tidak objektif atau malah memutar balikkan kebenaran.
Oleh karena itu, ketika hendak masuk ke suatu perusahaan, sebelum melihat berapa besaran gaji dan tunjangan yang ditawarkan, terlebih dahulu kita cermati, apakah produk yang dihasilkan dalam perusahaan tersebut terkategori dibolehkan secara hukum dan membawa kebaikan atau tidak bagi masyarakat luas, serta sesuai atau tidak dengan nilai-nilai keyakinan kita.

#Di lingkungan yang benar

Hal ketiga yang harus dicermati dalam upaya menjadikan pekerjaan sebagai jalan mencapai tujuan hidup yang lebih baik adalah berada di lingkungan pekerjaan yang benar. Lingkungan benar yang dimaksud adalah yang dapat mendorong kita menjadi pribadi yang lebih baik dan mengarah pada tujuan hidup mulia. Lingkungan perusahaan dalam hal ini tidak lain adalah budaya perusahaan (Corporate Culture). Budaya perusahaan merupakan jelmaan dari karakter yang dibangun oleh sumber daya manusia yang ada di dalamnya dan bermula dari kebiasaan dan tindakan yang diinisiasi oleh ide dan keyakinan yang dimiliki bersama. Perusahaan dengan budaya kerja positif, selain mendapat keuntungan dari bisnis yang dijalankan, juga turut membangun kualitas sumber daya manusia secara umum. Sehingga, budaya baik ini dapat menular sampai pada level individu dalam perusahaan.

Masuk ke sebuah perusahaan hendaknya memperhatikan apakah di dalam perusahaan tersebut memiliki budaya yang membangun diri kita untuk mencapai tujuan hidup mulia. Sayangnya, kita baru akan tahu budaya sebuah perusahaan saat kita masuk ke dalamnya. Sehingga akan muncul dua kondisi, yaitu bertahan untuk merubahnya, atau jika itu tidak mungkin, maka hijrah perusahaan itu lebih baik.

Demikian 3 hal prinsip yang dapat menjadikan rutinitas pekerjaan kita sebagai jalan menuju tujuan hidup mulia menuju kebahagiaan hakiki. Bagi Anda yang sudah mendapatkan ketiga hal tersebut, tentu merupakan suatu anugerah yang harus disyukuri dengan cara terus meningkatkan profesionalitas dan etos kerja. Sehingga mampu menjadikan semua aktifitas yang terkait dengannya untuk mencapai tujuan hidup mulia. Bagi Anda yang belum menemukannya, teruslah berusaha, karena tujuan baik pasti mendapatkan jalannya.

Sulitnya karyawan baik mencari perusahaan baik sama dengan sulitnya perusahaan baik mencari karyawan yang baik. Namun, keduanya ada titik temu dengan tujuan yang sama. Sehingga harus tetap optimis.

Selamat berjuang mencapai tujuan hidup mulia dengan melakukan yang benar, menghasilkan yang benar, dan berada di lingkungan yang benar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *