Knowledge Should be Free. Tantangan Learning and Development

Ledakan dunia internet (Internet Explosion) di tengah COVID-19 telah berhasil meningkatkan digital behavior hampir di seluruh dunia. Sebagai contoh, di Indonesia pengguna baru Indihome naik 30% sampai 40% per bulan Maret 2020. Sedangkan kenaikan traffic internet meningkat sampai dengan 20%. Peningkatan jumlah pengguna internet tentunya akan dibarengi dengan semakin massive nya peredaran informasi mulai dari berita hoax sampai dengan informasi berkelas seperti materi-materi pembelajaran kelas dunia yang sebelumnya jarang bisa kita nikmati. Penggunaan fitur kerja terutama video conferencing seperti Zoom, Microsoft Teams dan CloudX milik Telkomsel mengalami kenaikan lebih dari 443%. Lonjakan yang sangat fantastis.

Selain itu, di tengah mewabahnya COVID-19, telah mendorong sebagian besar provider atau lembaga pendidikan dan pelatihan yang selama ini menyelenggarakan kelas training secara offline dan berbayar, kini tergerak untuk mengadakan program knowledge sharing secara gratis dan terbuka untuk siapa pun. Topik yang diangkat bisa sangat beragam mulai dari tips kesehatan, psikologis, sampai dengan efektifitas kerja di tengah kondisi sulit.

Ledakan knowledge sharing ini telah membuat setiap orang mampu mengakses konten-konten informasi dan pengetahuan dari berbagai sumber dan belahan dunia mana pun dengan tema mulai dari hal yang paling teknis sampai dengan yang paling strategis, baik bersifat soft skill maupun hard skill bahkan sampai dengan tema tentang kejiwaan.

Semua tersedia begitu massive. Dan yang paling mengejutkan, semua ini bisa kita akses secara FREE. Kita hanya mengeluarkan kuota internet atau bahkan wifi kantor untuk bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat ini. Tersedianya youtube, instagram, dan facebook tidak hanya menghadirkan informasi dalam bentuk teks, tapi dalam bentuk video yang menampilkan langsung pembicaranya. Tidak perlu lelah membaca, cukup di lihat dan didengarkan.

Saya masih ingat, untuk mengikuti sebuah seminar motivasi dari motivator ternama Indonesia di awal saya berkarir, saya harus nabung 3 bulan untuk bisa sekedar mendapatkan tips-tipsnya, ya sekitar 2 – 3 juta rupiah (angka yang cukup lumayan bagi saya yang hanya sebagai operator sebuah pabrik elektronik rumah tangga waktu itu). Dan yang lebih memilukan, itu pun tempatnya ada dibarisan paling akhir di dalam gedung, meski pun setelah sesi trainingnya selesai dan motivatornya keluar arena, saya kejar dia sampai ke lift untuk cuma bilang “Buku dan seminar Bapak Dahsyat” sambil mengacungkan jempol.

Bagi para profesional Learning and Development pada sebuah peruhaan, tentu internet explosion dan ledakan pengetahuan ini merupakan sebuah kabar baik dan sekaligus sebagai kabar yang memberi tantangan. Kabar baiknya adalah bahwa dengan media pembelajaran yang begitu banyak akan mempermudah distribusi pengetahuan bagi para karyawan. Anyway, selain platform yang banyak beredar, sekarang programer freelance pun banyak menawarkan jasa pembuatan elearning platform dengan harga yang terjangkau. Just info, saya baru saja launching platform dengan budget yang sangat minim dan sudah cukup mencover kebutuhan.

Kabar menantang yang kedua adalah dengan ledakan informasi dan pengetahuan ini, setiap orang akan dengan mudah mendapatkannya. Akibatnya, konten-konten pelatihan seringkali mudah basi dan bahkan audiencenya lebih tau bahkan mereka bisa langsung crosscheck ke sumber lain yang relevan. Sehingga, seorang trainer harus lebih selektif dan up to date dengan perkembangan konten-konten tersebut. Lalu apa yang harus dilakukan profesional L&D saat ini? Berikut ulasannya.

1. Menghadirkan Arah Pembelajaran (Learning Direction)

Kembali ke fungsinya bahwa kehadiran L&D adalah untuk membantu perusahaan menyiapkan Human Capital yang kompeten sehingga mampu merealisasikan pencapaian dan menjalankan strategi perusahaan. Oleh karena itu, dengan banyaknya informasi dan pengetahuan yang mudah didapatkan oleh karyawan, jangan sampai men-distract kompetensi yang seharusnya dipelajari. Di sini fungsi IDP (Individual Development Plan) adalah hal yang sangat krusial untuk dikuatkan agar setiap orang belajar kompetensi yang benar-benar dibutuhkan.

Tidak hanya itu, IDP ini pun sejatinya, jika karyawan tersebut berkarya sesuai dengan passionnya, akan dapat dipadukan dengan pencapaian personalnya. Artinya, L&D harus menjadi jembatan antara pencapaian karyawan untuk perusahaan dan tumbuh kembang secara personal. Artinya, L&D pun memerankan diri sebagai coach bagi setiap karyawan.

3. Menghadirkan Pelatihan untuk Membangun Kompetensi Praktis (Practical Competencies)

Sering saya mendapatkan kesempatan untuk menginterview kandidat yang melamar di bagian L&D. Ketika ditanya, ?apa yang memotivasi diri Anda untuk berkarir dibagian ini? jawabannya hampir sama rata “Saya senang sharing pengetahuan dengan orang lain” atau “Saya sendang berbagi dengan orang banyak”. Jawaban yang seolah mengindikasikan bahwa tim L&D hanya sekedar sharing info. Perlu diingat, bahwa saat ini training yang dilakukan jika hanya menyampaikan informasi tentang teori-teori ang bersifat pengetahuan semata harus sudah mulai ditinggalkan.

Mengapa? Karena semua informasi tersebut begitu mudah dan murah untuk didapatkan bahkan gratis. Lalu apa yang harus dihadirkan? Yang harus dihadirkan adalah pelatihan-pelatihan yang bersifat praktikal yang dapat diterapkan langsung dan berkontribusi terhadap eksekusi strategi perusahaan. Training seperti ini bersifat membumi dan kontekstual dengan bisnis perusahaan. Maka, tim L&D seyogyanya harus benar-benar mendapatkan feel dan memahami proses bisnis perusahaan.

Buatlah sebuah program yang mampu meningkatkan kemampuan praktikal secara langsung, artinya trainingnya mengajarkan sesuatu yang praktikal dan implemented sesuai dengan konteks perusahaan. Hindari training yang bersifat general apa lagi sekedar menjiplak dari perusahaan-perusahan lain. Bahkan untuk tema-tema umum seperti leadership dan lain-lain, sebenarnya sangat bisa untuk diadaptasikan dengan konteks masing-masing perusahaan. Karena kita faham sekali bahwa setiap perusahaan akan punya budaya khasnya.

3. Menyediakan Media dan Budaya Belajar yang Tepat (Proper Learning Media and Culture)

Media yang tepat akan menghadirkan nuansa pembelajaran yang nyaman dan efektif. L&D harus mampu menganalisa media apa yang sesuai dengan kesiapan belajar dan budaya perusahaan. Seringkali kita terjebak dalam pemilihan media yang canggih, namun ternyata belum tentu adaptif untuk diterapkan di perusahaan.

Media pembelajaran dengan Static Website yang didesain apa adanya sering kali kurang mengundang selara karyawan untuk belajar. Salah satu perusahaan di Tangerang memadukan antara learning platform dengan aplikasi super apps Gojek agar ketika peserta mengakses pembelajaran online, mendapatkan poin Gopay. Dynamic Website lebih dapat membangun user experience sehingga mampu mengundang minat belajar karena sifatnya yang tidak kaku.

Selain itu, teknologi adalah sebuah media, sedangkan penggunanyalah sejatinya yang akan menentukan apakah teknologi itu termanfaatkan atau tida. Oleh karenanya, learning harus dijadikan sebagai sebuah budaya yang diresapi dan dijiwai serta dipraktikkan oleh siapa pun yang ada di dalamnya.

Organisasi pembelajar tidak dapat dibangun oleh segelintir orang di bagian L&D semata, melainkan harus didukung oleh semua pihak. Maka, penting sekali L&D harus meminta dan mendapatkan dukungan dari top pimpina hingga level terbawah sebuah organisasi. Cara tentu kembali ke fungsinya bahwa itu semua ditujukan untuk mencapai sasaran perusahaan

Demikian 3 hal yang semestinya dilakukan oleh tim L&D di tengah ledakan informasi dan pengetahuan yang bisa diakses oleh siapa pun yang mau belajar. Dengan kondisi ini, peran L&D bukannya semakin tergerus tetapi harus semakin strategic. Caranya, hadirkan arah pembelajaran, hadirkan pembelajaran praktis dan kontekstual, serta bangunlah media dan budaya pembelajar dalam perusahaan

Selamat menerapkan dan salam pembelajar!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *