Mengapa Posisi HC Harus Diisi Oleh “the First-Class Employee”?

Saat ini saya tengah membaca buku yang cukup bagus, judulnya adalah Letting Go karya David Hawkins. Bukan buku baru, tapi isinya cukup relevan dengan kondisi saat ini karena berbicara tentang nilai-nilai universal, terutama dalam aspek spiritual.

Ada satu kalimat yang menurut saya sangat menarik namun mungkin terdengar biasa saja bagi sebagian orang. Kalimat itu berbunyi “Like attracts Like, Love promote Love”, sesuatu akan menarik yang mirip dengannya, cinta akan mengembangkan cinta.

Kalo kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari, banyak fenomena yang menunjukkan kebenaran hal tersebut. Terlepas mau dilihat miripnya dari sisi yang mana, kita akan sering menemukan peristiwa yang mencerminkan “like attracts like”.

Misalnya, dalam hubungan pertemanan dan hubungan bisnis, suka atau tidak suka harus kita akui, kita akan mencari orang yang memiliki salah satu kemiripan dengan kita. Seolah itu seperti naluri yang sedang berbicara, mendadak radar kita berfungsi dengan baik untuk mencari sesuatu yang mirip dengan kita.

Iseng-iseng saya mencermati, ternyata ini juga berlaku dalam bidang pekerjaan saya sebagai praktisi human capital. Saya mencermati kenapa orang-orang First-Class, yaitu orang-orang yang memiliki high performance, high potential dan high attitude, memiliki kecenderungan berkumpul dalam satu tempat atau dalam satu perusahaan? atau Mengapa perusahaan bagus cenderung isinya adalah orang-orang bagus? Ternyata ini ada relevansinya dengan kalimat tadi.

Ambil contoh misalnya, jika Anda pernah melihat sebuah perusahaan yang dihuni oleh orang-orang bertalenta, hampir dapat dipastikan di sana akan menarik para top talent berikutnya, dan terus seperti itu sampai akhirnya disana yang ada sebagian besar adalah para top talent, dan top talent develop good culture.

Nah, dalam konteks attract talent, bagaimana perusahaan-perusahaan ini berhasil menarik para top talent? Salah satu jawabannya adalah pintu gerbang para talent itu sendiri harus The First-Class Employee. Orang-orang HC haruslah orang-orang yang termasuk dalam kategori first-class employee.

Mengapa? Mari kita ulas secara singkat 2 alasan mengapa orang HC harus termasuk dalam the first-class employee.

#1. The First-Class Employee Attracts the First-Class Employee
Jika orang HC-nya adalah seorang first-class, ia akan tahu dan memiliki standar first-class, plus dia tahu bagaimana attract nya, plus juga dia tahu dimana harus mendapatkan para first-class. Why? first-class akan berkumpul dengan first-class, dan karenanya dia ada dalamnya (Ingat ya, yang dimaksud dengan first-class disini bukanlah dalam konteks exclusive-nya fasilitas yang dimiliki, melainkan dari sisi performance, kompetensi, potential, dan attitudenya, bukan selain dari itu).

Kita bayangkan misalnya, orang yang berada di second-class, third-class atau bahkan yang tidak punya kelas, tentunya akan sulit membayangkan bagaimana standar kualitas dan cara menjangkau para first class. Bahkan yang paling simpel misalnya, ia akan sulit dealing dengan para top performer dan mengengage mereka. Mengapa? Karena first-class punya cara yang khas dan berbeda diatas rata-rata orang dari cara berfikir, bersikap, dan bertindak.

Sekarang lakukan self check apakah kita sendiri di HC atau anggota tim kita sudah masuk dalam the first-class?

#2. The First-Class Employee Develop Good Culture
Saat para top ini masuk ke dalam perusahaan, lingkungan berkinerja tinggi pun akan tercipta. Para leader akan diisi oleh para first-class dan mereka akan memimpin dan mengembangkan para talent yang berada dibawahnya yang akan menjadi the next first class-employee.

Dalam kondisi seperti ini, terbangunnya budaya berkinerja tinggi serta pendorong pertumbuhan akan tercipta lebih cepat. Orang-orang ini merupakan para game changer yang akan merubah lingkungannya bukan yang dipengaruhi lingkungan.

Sekilas ini nampak berlebihan, namun hal itu ada dan lumrah terjadi, “Like Attracts Like, Love Promote Love”

Lalu, bagaimana dengan para second-class atau third-class yang sudah berada dalam perusahaan lebih dulu? Bagaimanakah nasib mereka?

Proses ini akan mengalami penyaringan dimana the second-class atau third-class, apabila peka terhadap perkembangan organisasi, akan terpacu untuk berusaha masuk ke dalam first-class dan menyesuaikan diri dengannya, walaupun akan ada yang berhasil dan banyak yang berguguran dan tetap tinggal di tempatnya semula. Seiring perkembangan bisnis dan organisasi, bisa dipastikan ia akan tergelincir dengan sendirinya dan tersingkir dari kumparan organisasinya.

Sudahkah orang-orang HC kita diisi oleh the first-class employee?

Salam hangat !!!

Ingin tahu bagaimana membangun tim Anda menjadi the First-Class Employee? Silahkan tinggalkan pesan di bawah atau hubungi langsung melalui WA chat di pojok kanan bawah!

One comment on “Mengapa Posisi HC Harus Diisi Oleh “the First-Class Employee”?
  1. Saya mengharapkan info lebih jauh terkait dengan Human Capital ( HC) antara lain yg merupakan statement dari suatu kebutuhan kwalitas SDM , yaitu bagaimana membangun TIM menjadi The first class Employee
    Thank you for your attention

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *